Yogyakarta-23/12/2018.
Program Bekerja merupakan salah satu Program Unggulan dari
Kabinet Bekerja yang langsung dirasakan manfaatnya oleh rakyat berupa bantuan
ayam sejumlah 50 ( limapuluh ) ekor setiap Rumah Tangga Miskin ( RTM). Program
yang mulai digulirkan sejak Bulan Agustus 2018 ini diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan rakyat dengan mendongkrak pendapatan Rumah Tangga
Miskin melalui sector peternakan ayam dalam skala rumah tangga, pendapatan dari
penjualan telur dan ayam, serta pemenuhan kebutuhan protein keluarga. Setelah
berbagai tahapan, dari persiapan, verifikasi data RTM, Bimbingan Teknis pada
RTM dan Koordinator Desa, Pendamping Kecamatan, Koordinasi dengan Dinas
Kabupaten Banyumas dan Purbalingga, Koordinasi dengan Babinsa, aparat keamanan
baik TNI maupun POLRI serta pelibatan
semua stake holder dalam distribusi pakan, obat-obatan dan puncaknya adalah
ayam , selesai di Bulan November 2018, maka Program BEKERJA memasuki masa
evaluasi. Tahapan Evaluasi Program BEKERJA dengan melibatkan semua stakeholder
yang terkait langsung sudah dilaksanakan pada 12 November 2018.
Sebagai bagian dari Evaluasi Kementerian
Pertanian juga melakukan program Turun Langsung Lapangan dengan menugaskan drh.
Prabowo Respatiyo Caturroso, MM.Phd, staff Ahli Menteri Pertanian pada hari
Kamis, 20 Desember 2018 untuk mengetahui kondisi nyata dari peternak yang
notabene adalah Rumah Tangga Miskin, dengan berbagai latar belakang kondisi. Prabowo
yang juga seorang dokter hewan turun ke desa-desa di Banyumas didampingi Tim
dari Balai Besar Veteriner Wates sebagai UPT ( Unit Pelaksana Teknis ) Kementerian
Pertanian pelaksana Program Bekerja di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga.
Agenda turun ke bawah tersebut diawali dengan diskusi dan koordinasi dengan
Dinas yang terkait Program BEKERJA, yang diwakili Ir. Achmad Subekti Kabid pengembangan dan
pengolahan hasil ternak Dinas Peternakan Kabupaten Banyumas,
selanjutnya Tim langsung berkeliling dari peternak-ke peternak di desa tujuan.
Beberapa poin penting menjadi catatan dalam
kunjungan blusukan langsung ke peternak miskin tersebut, diantaranya :
- Bahwa berkurangnya jumlah ternak bantuan di tingkat desa dan RTM penerima tidak mutlak disebabkan karena kematian ayam, namun banyak terjadi pengurangan jumlah karena dikonsumsi dan dijual tetapi dilaporkan sebagai kematian. Hal ini perlu difahami karena kondisi penerima bantuan adalah memang rumah tangga miskin yang kekurangan secara ekonomi.
- Beberapa factor non teknis seperti pencairan dana pembuatan kandang karena factor hambatan adminsitrasi menjadi catatan yang harus diperbaiki untuk program Bekerja tahun 2019, karena berimbas pada factor teknis seperti kandang yang tidak sesuai dengan desain standart, pemeliharaan ayam yang terhambat dan juga efek pada factor non teknis lain seperti berhutangnya RTM untuk pembuatan kandang.Faktor non teknis lain adalah ditemukannya pedagang ayam keliling yang membeli ayam bantuan dengan modus kurang baik, hal ini juga menjadi catatan kecil bahwa perlu pengawalan dan pemahaman peternak serta pendamping desa dan kecamatan.
- Latar belakang RTM penerima program Bekerja didapatkan 50% lebih berusia diatas 45 ( empatpuluh lima ) tahun, sehingga ada hambatan-hambatan fisik dan komunikasi.
- Catatan positif yang merupakan peluang besar bagi pengembangan Program Bekerja adalah adanya peluang Mou atau perjanjian kerja dengan supplier ayam bantuan untuk membeli ayam setelah ayam memiliki berat badan yang layak untuk dikonsumsi, terutama ayam jantan. Hal serupa, berupa peluang kerjasama juga didapatkan melalui Badan Usaha Milik Desa ( BUMDES ) yang setelah kunjungan, diperoleh informasi bahwa beberapa desa sanggup untuk mnjadi lembaga pembantu dalam penjualan ayam dan telur saat sudah memasuki masa siap jual.
- Kondisi ternak ayam bantuan saat kunjungan juga sudah banyak yang bertelur dan berat badan , terutama untuk pejantan sudah siap jual.