Senin, 24 Desember 2018

EVALUASI PROGRAM BEKERJA DARI STAFF AHLI KEMENTAN, DENGAN BLUSUKAN KE DESA LANGSUNG


Yogyakarta-23/12/2018. Program Bekerja merupakan salah satu Program Unggulan dari Kabinet Bekerja yang langsung dirasakan manfaatnya oleh rakyat berupa bantuan ayam sejumlah 50 ( limapuluh ) ekor setiap Rumah Tangga Miskin ( RTM). Program yang mulai digulirkan sejak Bulan Agustus 2018 ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan rakyat dengan mendongkrak pendapatan Rumah Tangga Miskin melalui sector peternakan ayam dalam skala rumah tangga, pendapatan dari penjualan telur dan ayam, serta pemenuhan kebutuhan protein keluarga. Setelah berbagai tahapan, dari persiapan, verifikasi data RTM, Bimbingan Teknis pada RTM dan Koordinator Desa, Pendamping Kecamatan, Koordinasi dengan Dinas Kabupaten Banyumas dan Purbalingga, Koordinasi dengan Babinsa, aparat keamanan baik TNI maupun POLRI  serta pelibatan semua stake holder dalam distribusi pakan, obat-obatan dan puncaknya adalah ayam , selesai di Bulan November 2018, maka Program BEKERJA memasuki masa evaluasi. Tahapan Evaluasi Program BEKERJA dengan melibatkan semua stakeholder yang terkait langsung sudah dilaksanakan pada 12 November 2018.
Sebagai bagian dari Evaluasi Kementerian Pertanian juga melakukan program Turun Langsung Lapangan dengan menugaskan drh. Prabowo Respatiyo Caturroso, MM.Phd, staff Ahli Menteri Pertanian pada hari Kamis, 20 Desember 2018 untuk mengetahui kondisi nyata dari peternak yang notabene adalah Rumah Tangga Miskin, dengan berbagai latar belakang kondisi. Prabowo yang juga seorang dokter hewan turun ke desa-desa di Banyumas didampingi Tim dari Balai Besar Veteriner Wates sebagai UPT ( Unit Pelaksana Teknis ) Kementerian Pertanian pelaksana Program Bekerja di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga. Agenda turun ke bawah tersebut diawali dengan diskusi dan koordinasi dengan Dinas yang terkait Program BEKERJA, yang diwakili Ir. Achmad Subekti Kabid pengembangan dan pengolahan hasil ternak  Dinas Peternakan Kabupaten Banyumas, selanjutnya Tim langsung berkeliling dari  peternak-ke peternak di desa tujuan.
Beberapa poin penting menjadi catatan dalam kunjungan blusukan langsung ke peternak miskin tersebut, diantaranya : 

  1. Bahwa berkurangnya jumlah ternak bantuan di tingkat desa dan RTM penerima tidak mutlak disebabkan karena kematian ayam, namun banyak terjadi pengurangan jumlah karena dikonsumsi dan dijual tetapi dilaporkan sebagai kematian. Hal ini perlu difahami karena kondisi penerima bantuan adalah memang rumah tangga miskin yang kekurangan secara ekonomi.
  2. Beberapa factor non teknis seperti pencairan dana pembuatan kandang karena factor hambatan adminsitrasi menjadi catatan yang harus diperbaiki untuk program Bekerja tahun 2019, karena berimbas pada factor teknis seperti kandang yang tidak sesuai dengan desain standart, pemeliharaan ayam yang terhambat dan juga efek pada factor non teknis lain seperti berhutangnya RTM untuk pembuatan kandang.Faktor non teknis lain adalah ditemukannya pedagang ayam keliling yang membeli ayam bantuan dengan modus kurang baik, hal ini juga menjadi catatan kecil bahwa perlu pengawalan dan pemahaman peternak serta pendamping desa dan kecamatan.
  3. Latar belakang RTM penerima program Bekerja didapatkan 50% lebih berusia diatas 45 ( empatpuluh lima ) tahun, sehingga ada hambatan-hambatan fisik dan komunikasi.
  4. Catatan positif yang merupakan peluang besar bagi pengembangan Program Bekerja adalah adanya peluang Mou atau perjanjian kerja dengan supplier ayam bantuan untuk membeli ayam setelah ayam memiliki berat badan yang layak untuk dikonsumsi, terutama ayam jantan. Hal serupa, berupa peluang kerjasama juga didapatkan melalui Badan Usaha Milik Desa ( BUMDES ) yang setelah kunjungan, diperoleh informasi bahwa beberapa desa sanggup untuk mnjadi lembaga pembantu dalam penjualan ayam dan telur saat sudah memasuki masa siap jual.
  5. Kondisi ternak ayam bantuan saat kunjungan juga sudah banyak yang bertelur dan berat badan , terutama untuk pejantan sudah siap jual.
Dengan data-data yang didapatkan langsung dari peternak dan RTM penerima Program Bekerja tersebut, disimpulkan bahwa Program Bekerja , Bedah kemiskinan Rakyat Sejahtera sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan masyarakat sangat berharap keberlanjutan program tersebut.(iBAS)

Sabtu, 15 Desember 2018

MONITORING DAN KUNJUNGAN KELOMPOK TERNAK PENERIMA PROGRAM PENANGGULANGAN GANGREP 2018


Gunung Kidul 12/12/2018. Program Penanggulangan Gangguan Reproduksi yang merupakan bagian dari Program Nasional UPSUS SIWAB oleh Balai Besar Veteriner Wates, dari tahun ke tahun di lakukan evaluasi secara bersama-sama dengan dinas. Diantara acara evalusi juga dilakukan kunjungan lapang ke kelompok ternak, sebagai pelaku dan penerima Program dari Pemerintah , kunjungan ini untuk melihat dan mengetahui secara langsung pendapat ,harapan dan saran dari peternak, petugas serta pemerintah daerah. Pada evaluasi tahun ini, unjungan diarahkan ke Gunung Kidul. Hadir dalam kunjungan tersebut Ir Bambang Wisnu Broto, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunung Kidul yang memberikan respon positif terhadap Program Penanggulangan Gangguan Reproduksi di Gunung Kidul. 
Setelah kunjungan ke Kelompok Tani DADI SUBUR, Kab. Gunung Kidul kegiatan evaluasi dilanjutkan dengan acara kebersamaan seluruh peserta di Pantai Sadranan, Gunung Kidul dan Candi Prambanan. Acara hari ketiga dilanjutkan dengan diskusi yang menghadirkan Pakar Reproduksi dari akademisi dan Pemegang Kebijakan Program UPSUS SIWAB yang diwakili Seknas UPSUS SIWAB, Drh. Maidaswar.( iBAS )

Rabu, 12 Desember 2018

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN GANGREP 2018


Yogyakarta-12 Desember 2018.  Program Penanggulangan Gangguran Reproduksi yang dilaksanakan tahun 2018 telah selesai dilaksanakan. Sebagai bagian penting kegiatan Program tersebut maka dilakukan Evalauasi Akhir Program Penanggulangan Gangguan Reproduksi tahun 2018, peserta yang diundang meliputi seluruh kabupaten kota yang mendapatkan program Penanggulangan Gangguan Reproduksi UPSUS SIWAB, yang terdiri dari kurang lebih 78 wilayah. Peserta masing masing terdiri dari 2-3 personil dinas , baik medic,paramedic, inseminator ataupun structural yang mewakili Pelaksana Program di kabupaten kota dengan jumlah 250 peserta. Kegiatan dilaksanakan selama 3 ( tiga ) hari di Hotel Cavinton Yogyakarta dari tanggal 11 hingga tanggal 13 Desember 2018, yang meliputi kegiatan di ruangan di Cavinton Hotel , juga kunjungan lapangan ke Sleman dan Gunung Kidul untuk mengetahui secara langsung keberhasilan Program di tingkat kelompok ternak.
Kegiatan Evaluasi Pelaksanaan Penanggulangan Gangguan Reproduksi menghadirkan Direktur Kesehatan Hewan yang diwakili oleh Drh Pudjiatmoko,Phd. , Perwakilan bidang yang menangani kesehatan hewan dan peternakan Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI. Yogyakarta. Pemateri dari akademisi menghadirkan DR. drh. Agung dari bagian Reproduksi Universitas Gadjah Mada dan DR.drh. Trilas Sarjito dari Universitas Airlangga Surabaya. Pemateri terakhir adalah drh. Maidaswar yang merupakan seknas UPSUS SIWAB, yang menyampaikan progress akhir UPSUS SIWAB tahun 2018 dan perencanaan serta informasi awal terkait keberlanjutan Program UPSUS SIWAB tahun 2019.
Acara ini diakhiri dengan agenda penyampaian rumusan Evaluasi Program Penanggulangan Gangguan Reproduksi oleh Panitia dan ditutup Kepala Balai Besar Veteriner Wates, drh. Bagoes Poermadjaja, MSc.( iBAS)

Selasa, 11 Desember 2018

PENDAMPINGAN PROGRAM GANGREP UPSUS SIWAB DI KABUPATEN BLORA

Pekan kedua Desember 2018, 3 ( Tiga ) Tim Balai Besar Veteriner Wates meluncur di lokasi kecamatan yang berbeda untuk melalukan monitoring terhadap keberhasilan Program Penanggulangan Gangguan Reproduksi dan UPSUS SIWAB di Kabupaten Blora Jawa Tengah. 
Kegiatan ini bertujuan utama mendapatkan data mengenai Sapi- sapi aseptor Program Gangguan Reproduksi terkait kesembuhannya pasca pengobatan. Kegiatan dilakukan dengan Pemeriksaan Kebuntingan ( PKB ) . Drh Nining ( Medik Vet ) menyatakan bahwa lebih dari 90% dari hasil PKB didapatkan kesembuhan pada Sapi Betina yang diperiksa, dan 70% diantaranya sudah mengalami kebuntingan.  Drh Nining dengan Tim sejumlah 4 ( empat) orang paramedik dari dinas Kabupaten Blora dan Balai Besar Veteriner Wates menyusuri rumah peternak dari pintu ke pintu, di Desa Nglandeyan Kecamatan Kedungtuban .  Bapak Bunowo , seorang peternak didesa Nglandeyan menyatakan bahwa ,program Penanggulangan Gangrep UPSUS SIWAB sangat bermanfaat bagi peternak, karena semua gratis, hal itu sangat membantu peternak, termasuk dirinya dimana sapinya juga sudah bunting 3 bulan. Hal senada disampaikan Mas Kemi, yang merasakan manfaat dari Program Gratis kawin dan pengobatan ini. 

Disisi lain panasnya Blora yang kemarin mencapai 40 0C , Tim Drh. Triwidyaningsih juga sedang melakukan  Pendampingan UPSUS SIWAB kabupaten Blora, Desa Pojok Watu kecamatan Sambong, hasil pendataan dengan pemeriksaan rektal menunjukkan bahwa tingkat kebuntingan dan kesembuhan di Blora cukup tinggi.  Tim terjauh dipimpin oleh Drh Siwi didaerah Desa Jambe Kecamatan Cepu Kabupaten Blora yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro dan Ngawi, dengan model yang sama ,yaitu door to door, dari pintu kepintu, menyusuri lembah dan Ngarai, gang demi gang membelah teriknya panas di bulan Desember. 
Dari hasil ke-3 Tim didapatkan kesimpulan bahwa pendampingan kegiatan lapangan melalui pemeriksaan Rektal untuk mengetahui keberhasilan pengobatan dan hasil kawin suntik sebagai kegiatan utama Program Penanggulangan Gangguan Reproduksi UPSUS SIWAB sangat perlu dilakukan. ( Ibas )

Kamis, 06 Desember 2018

CARA MENGELUARKAN SEMUT YANG MASUK TELINGA

  1. Ambil senter, dan arahkan ke telinga. semut akan keluar sendiri, karena semut mencari sumber cahaya. dia juga kebingungan tidak tahu bagaimana dia bisa keluar dari telinga, yang bagi dia telinga kita itu ibarat gua yang gelap.
  2. Cuma tahan nafas nutup hidung dan telinga yg berlawanan dengan telinga yg di masukin semut. Insya allah semut nya keluar ( bas )

YES....!!! AYAM PROGRAM BEKERJA MULAI BERTELUR


Banyumas-5/12/2018 . Kegiatan Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera ( BEKERJA ) Kementerian Pertanian  yang dilaksanakan di Kabupaten Banyumas sudah menunjukkan hasil , beberapa ayam milik Pak Narkim di Dusun Suro Desa Suro Kecamatan KALIBAGOR sudah mulai bertelur. Keberhasilan dari pemeliharaan ayam pda program Bekerja ini diketahui saat dilakukan Monitoring dan Pendampingan Tim Inspektorat Kementerian Pertanian dan Tim Balai Besar Veteriner Wates hari Kamis tanggal 5 Desember 2018 kemarin. Tim Inspektorat yang  punya tujuan utama untuk mengetahui perkembangan jumlah dan kondisi ternak bantuan Program Bekerja serta kemungkinan berbagai masalah yang menghambat program tersebut , menemukan bahwa di beberapa lokasi ternak ayam sudah ada yang mulai bertelur.
Drh Theresia Siwi menyampaikan bahwa peternak sangat antusias terhadap Program Bekerja, bahkan seorang nenek yang ditemuinya pernah menangis  ketika ayam bantuan yang diterimanya sakit dan mati, Penduduk penerima bantuan yang disebut Rumah Tangga Miskin pada kenyataannya memang benarbenar mengalami kesulitan hidup, jangankan untuk membeli pakan ayam sedangkan untuk membeli makan bagi diri dan keluargannya saja sulit, jadi mau tidak mau petugas monitoring bias memahami ketika ada sebagian RTM yang menjual ayamnya untuk keperluan memnuhi kebutuhan sehari-hari.
Program pendampingan dan Monitoring oelh Inspektorat yang berlangsung selama 3-4 hari tersebut diharapkan dapat mengetahui perkembangan Program Bekerja baik berupa bantuan Ayam dari Ditjen PKH-BBVet Wates maupun bantuan tanaman dari Dirjen Horti. Dan diharapkan dari hasil kunjungan yang diisi dengan wawancara kepada RTM sejumlah kurang lebih 15 orang tersebut dapat diketahui hal-hal yang bisa menjadi koreksi dan evaluasi bagi perbaikan Program Bekerja di tahun 2019. ( BAS )

Rabu, 05 Desember 2018

PETA BEKERJA PUTIH


BALAI BESAR VETERINER WATES BERBAGI PENGALAMAN, ILMU DAN KETRAMPILAN PENGUJIAN


Yogyakarta-6/12/2018. Sebagai laboratorium  pengujian penyakit hewan yang sudah puluhan tahun berdiri, yaitu sejak 1989 Balai Besar Veteriner Wates menjadi tempat laboratorium type B atau type C untuk belajar dan magang dalam hal pengujian penyakit hewan. Hampir tiap tahun selalu ada laboratorium dari berbagai wilayah datang untuk belajar di BBVet Wates.
Bulan Desember 2018 ini Stasiun Karantina Kelas II Cilacap mengirimkan 3 personil Paramedik Veterinernya untuk belajar Pengujian Brucellosis  dengan Uji RBT ( Rose Bengal Test ).  Indra Tri W, A.Md, Mumfarid, A.Md dan Trimo Bekti,A.Md mempelajari metode pengujian penyakit Brucellosis dengan Uji RBT dilanjutkan dengan Uji CFT ( Complemen Fixation Test ) , kedua uji ini merupakan gold standart untuk diagnose bakteri Brucellosis  yang dikenal sebagai penyebab keguguran pada Sapi, Domba dan Kambing serta Ruminansia pada umumnya. Mereka mengikuti kegiatan pengujian di laboratorium Serologi BBVet Wates selama 2 ( dua ) hari yaitu tanggal 4 dan 5 Desember 2018, dari mulai pengambilan contoh darah, penanganan sample, pemisahan cloth atau gumpalan darah dengan serum yang akan diuji, sampai dengan penghitungan titer CFT sebagai hasil akhir pengujian penyakit Brucellosis.

Kegiatan magang ini dilakukan dalam rangka peningkatan kompetensi personil Stasiun Karantina pada pengujian RBT dan CFT ,  yang sangat diperlukan dimasa depan, sebab sebagaimana fungsinya Cilacap menjadi salah satu lokasi pemasukan Sapi ke Pulau Jawa dari berbagai daerah bahkan dari Australia.   ( BAS).


Selasa, 04 Desember 2018

SI YELO DATANG HATI SENANG KERJA RIANG


Yogya-5/12/2018 . Senin 3 Desember 2018 menjadi hari yang bersejarah dalam kehidupan Penglajo Jogja-Wates,Karyawan BBVet Wates mulai senin kemarin dengan bersuka hati menyambut berfungsinya Bis Jemputan Karyawan yang dijuluki “ Si Yelo” setelah Si Ungu pension karena sudah sepuh. Kenangan indah sempat terpatri di hati para ndudukers* dengan Mas Boy, Mas Antar, Rahardjo dan Bang Aladin……mereka adalah nama bis umum yang lewat BBVet Wates, tentu tak lupa “Menoreh-Sang Bledug Gandum yang selalu memberi PHP karena ndak pernah lewat depan Kantor kalo dari Jogja.

Drh. Bagoes Poermadjaja, Kepala Balai Besar Veteriner Wates sangat berharap dengan fasilitas bus jemputan tersebut maka kinerja karyawan yang tinggal di kota Jogja dan sekitarnya dapat meningkat, dan memberikan sumbang sih berupa kontribusi kepada Balai, Ditjen PKH Kementerian Pertanian, serta Bangsa dan Negara.  Hal tersebut diampaikan dalam Apel Rutin Senin Pagi kemarin di halaman Balai Besar Veteriner Wates Jogjakarta.

*Nduduk:istilah jawa timur untuk orang yang melakukan perjalanan pulang pergi ke suatu daerah secara rutin.

Senin, 03 Desember 2018

BALAI BESAR VETERINER WATES MENJADI YANG PERTAMA MENYELESAIKAN PROGRAM BEKERJA



Yogyakarta-4/12/2018. Sejak kemarin hingga hari ini Selasa 4 Desember 2018, berlokasi di Hotel Cavinton Yogyakarta Balai Besar Veteriner Wates mengundang elemen masyarakat dari pelosok desa di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga. Mereka berasal dari desa-desa dari kecamatan Jatilawang, Kalibagor, Patikraja dan Pekuncen di kabupaten Banyumas. Juga dari desa –desa dari Purbalingga yang tersebar di kecamatan Rembang, Mrebet, Kaligondang dan Kutasari. Personil yang hadir meliputi Kepala desa , Petugas Koordinator dan Pendamping Kecamatan, Petugas Koordinator Desa . Hadir juga para pemangku kebijakan dari Kementerian Pertanian Pusat diantaranya Sesdit Peternakan dan Kesehatan Hewan, Ir. Nasrullah, Direktur Perbibitan Ir. Sugiono, Dirjennak DR. I Ketut Diarmita, Direktur Kesmavet Drh. Syamsul.

Balai Besar Veteriner Wates Yogyakarta telah selesai melaksanakan Program Bekerja ( Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera ) di Tahun 2018.  BBVet Wates menjadi Unit Pelaksana Teknis ( UPT ) yang pertama kali selesai diantara lembaga pemerintah yang lain yang mendapat tugas tambahan untuk melaksanakan Program Bedah Kemsikinan Rakyat Sejahtera ( BEKERJA ). Program Bekerja merupakan salah satu Program Unggulan dari Kabinet Bekerja yang langsung dirasakan manfaatnya oleh rakyat berupa bantuan ayam sejumlah 50 ( limapuluh ) ekor setiap Rumah Tangga Miskin ( RTM).  Pelaksanaan Program Bekerja oleh BBVet Wates di Kabupaten Purbalingga dan Banyumas menjadi contoh bagi UPT yang lain, seperti BBVet Maros di Sulawesi, BBVet Lampung di Sumatera, BBPTU Baturaden dengan wilayah bagi di Kabupaten Brebes dan Jawa Barat, Pusvetma dan BBIB Singosari di Jawa Timur. Berbagai permasalahan dan hambatan baik dari pengadaan Ayam , interaksi dengan RTM ( Rumah Tangga Miskin ) penerima ayam Program Bekerja, komunikasi dengan Dinas dan Pemerintah desa, hingga metode pembagian yang dilaksanakan oleh BBVet Wates menjadi contoh untuk pelaksana Program Bekerja di wilayah lain di Indonesia. 
Arahan disampaikan para pemangku kebijakan diantaranya IR NAsrullah selaku Sesdit Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, juga Dirjennak DR Ketut kemudian dilanjutkan diskusi hangat dengan para stakeholder Program Bekerja menghasilkan hasil-hasil positif  bagi perbaikan , baik system maupun manajemen serta metode dari program Bekerja yang meliputi  proses persiapan, penanganan hambatan dan solusinya sehingga di tahun 2019 Program Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera dapat berjalan dengan lebih baik dan bermanfaat sebesar-besarnya bagi rakyat.( BAS/ RED) 

FETPV – PELVI , HARAPAN BARU BAGI APLIKASI EPIDEMIOLOGI


BSD-Tangsel-3/12/2018 Program Epidemiologi Lapangan Veteriner Indonesia ( PELVI ) dan Field Epidemiology Training Programme for Veterinarians ( FETPV ) merupakan kegiatan dengan ide aplikasi ilmu epidemiologi di lapangan dengan menggunakan dan mempertimbangkan prinsip-prinsip yang sesuai kaidah dan menyelaraskan kebutuhan masyarakat, dalam hal ini masyarakat peternakan. Harapan pelatihan setidaknya personil alumni PELVI dapat memberikan contoh aplikasi epidemiologi yang benar, dapat memberikan pendampingan, dan diseminasi terhadap medic dan paramedik baik di Balai maupun di dinas Provinsi hingga Kabupaten /Kota. Kegiatan training dan pelatihan program ini sudah berlangsung sejak tahun 2008 sebagai awal dan berlanjut hingga tahun ini, dengan bentuk formal berupa jenjang pendidikan S2 di UGM dan training berkelanjutan yang diadakan sebagai kerjasama FAO dan Ditjen PKH Kementerian Pertanian. Program ini akan terhubung dengan konsep ONE HEALTH yang memang sedang menjadi focus dari bidang kesehatan dan kesehatan veteriner, untuk sosialisasi dan penerapannya di Indonesia.
Pertemuan pada hari ini, Senin -Selasa tanggal 3 dan 4 besuk menghadirkan semua stakeholder yang terlibat dalam program PELVI dan FETPV diantaranya : Dari UGM,IPB, Balai dan Balai Besar Veteriner dan Balai Pengujian Mutu Produk dan Hasil ( BPMSH ) serta Badan SDM yang diwakili BBSDMP Cinagara. Stakeholder yang hadir membahas mengenai progress program PELVI atau training epidemiologi lapangan yang sudah berlangsung sejak awal tahun, untuk evaluasi dan perbaikan bagi program yang berkelanjutan di tahun 2019.

Pertemuan ini dibuka oleh DR. Fadjar Sumping Tjatur Rasa Phd selaku Direktur Kesehatan Hewan, Dr Luuk Schonman ( FAO Indonesia ), DR Karoon Chanachai ( FETPV Regional Asia ), juga Dr. I Nyoman Kandun, MPH ( Direktur FETP Indonesia ). Dari kalangan akademisi ada Prof. Setiawan B, juga akademisi dari IPB dan UGM yang lain. Hasil kesepakatan dari pertemuan ini akan tertuang dalam beberapa poin yang akan dirangkum dan disampaikan kepada seluruh stakeholder yang hadir maupun tidak, agar Program yang bagus ini dapat berjalan lebih baik lagi di tahun 2019.  Salah satu rekomendasi pertemuan ini adalah bahwa peserta PELVI ataupun Personil yang mendapatkan Beasiswa FETPV hendaknya membuat perbaikan-perbaikan bagi Balai atau dinas serta lingkungan kerjanya, yang dapat semakin menguatkan tugas dan fungsi lembaga tempatnya bekerja. ( BAS )

Minggu, 02 Desember 2018

BBVet Wates Akan Lakukan Surveillance AMR terhadap Produk Peternakan

Yogyakarta - Resistensi Antimikroba (AMR-Anti Microba Resistensi) menjadi ancaman yang menyita perhatian dunia kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, dan lingkungan. Selain itu, ancaman Resistensi Antimikroba juga dipandang sebagai ancaman serius bagi keberlangsungan ketahanan pangan, khususnya bagi pembangunan di sektor perternakan, pertanian dan perikanan.

Oleh karena itu Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates hadir dan ikut secara aktif dalam acara 'International Scientific Conference on AMR 2018' dengan tema Raising Awareness and Understanding on AMR Through One Health Approach for Health Professionals. Acara tersebut dilaksanakan di Hotel JW Marriot, Jakarta pada tanggal 28-29 November 2018 yang lalu, yang merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan WHO.

“Balai Besar Veteriner Wates akan berperan serta secara aktif dengan mengagendakan dan akan melaksanakan Surveillans Resisten Antimikroba pada produk-produk peternakan pada tahun 2019,“ jelas drh. Bagoes Poermadjaja MSc, Kepala Balai Besar Veteriner Wates, yang juga merupakan salah satu pembicara pada acara tersebut, kepada media ini, Sabtu (1/12/2018).

Untuk menghadapi ancaman Resistensi Antimikroba, lanjut Bagoes, diperlukan Konsep One Health. Konsep ini memastikan seluruh pemangku kepentingan dilibatkan dalam menyelesaikan masalah secara menyeluruh.

Pendekatan One Health mencakup pemikiran bahwa permasalahan yang memberikan dampak kepada kesehatan manusia, hewan dan lingkungan dapat diselesaikan secara efektif melalui komunikasi dan kolaborasi yang lebih baik di antara para pemangku kepentingan dari berbagai disiplin ilmu dan kelembagaan, menuju pada masyarakat yang lebih sehat dan bahagia.

“BBVet Wates merupakan Laboratorium rujukan Nasional untuk beberapa penyakit penting di bidang peternakan seperti Avian Influenza, Anthrax dan Salmonella, dan kami juga menjadi focal point untuk pelaksanaan Program Surveillans AMR pada tahun 2019 nanti,” pungkas drh. Bagoes saat diwawancarai awak media. (BAS/Red)

Sabtu, 01 Desember 2018

BBVET WATES SEBAGAI PELOPOR PERJUANGAN IMPLEMENTASI RESISTENSI ANTI MIKROBA DENGAN ONE HEALTH


Yogyakarta- 1/12/2018. Resistensi Antimikroba (AMR-Anti Microba Resistensi) menjadi ancaman yang menyita perhatian dunia kesehatan masyarakat, kesehatan hewan, dan lingkungan. Selain itu, ancaman Resistensi Antimikroba juga dipandang sebagai ancaman serius bagi keberlangsungan ketahanan pangan, khususnya bagi pembangunan di sektor perternakan, pertanian dan perikanan.
Oleh karena itu Balai Besar Veteriner Wates hadir dan ikut secara aktiv dalam acara 'International Scientific Conference on AMR 2018' dengan tema Raising Awareness and Understanding on AMR Through One Health Approach for Health Professionals. Acara tersebut dilaksanakan di Hotel JW Marriot, Jakarta pada tanggal 28-29 November 2018 yang lalu, yang merupakan kerjasama antara Kementerian Kesehatan dan WHO.
“Balai Besar Veteriner Wates akan berperan serta secara aktiv dengan mengagendakan dan akan melaksanakan Surveillans Resisten Antimikroba pada produk-produk peternakan pada tahun 2019 “Jelas drh. Bagoes Poermadjaja MSc, Kepala Balai Besar Veteriner Wates, yang juga merupakan salah satu pembicara pada acara tersebut.
Untuk menghadapi ancaman Resistensi Antimikroba, diperlukan Konsep One Health. Konsep ini memastikan seluruh pemangku kepentingan dilibatkan dalam menyelesaikan masalah secara menyeluruh. Pendekatan One Health mencakup pemikiran bahwa permasalahan yang memberikan dampak kepada kesehatan manusia, hewan dan lingkungan dapat diselesaikan secara efektif melalui komunikasi dan kolaborasi yang lebih baik diantara para pemangku kepentingan dari berbagai disiplin ilmu dan kelembagaan, menuju pada masyarakat yang lebih sehat dan bahagia.
“BBVet Wates merupakan Laboratorium rujukan Nasional untuk beberapa penyakit penting di bidang peternakan seperti Avian Influenza, Anthrax dan Salmonella, dan kami juga menjadi focal point untuk pelaksanaan Program Surveillans AMR pada tahun 2019 nanti,” pungkas drh Bagoes saat diwawancarai hari ini.( BAS )

Jumat, 30 November 2018

WILAYAH PROGRAM BEKERJA BALAI BESAR VETERINER WATES TAHUN 2018



 
Kabupaten Banyumas dan Purbalingga

YOGYAKARTA- Program BEKERJA merupakan upaya Kementerian Pertanian mengentaskan kemiskinan di Tanah Air berbasis pertanian dengan tiga tahapan, yaitu Jangka Pendek, Jangka Menengah, dan Jangka Panjang. Secara keseluruhan, kebijakan ini akan digelar di 1.000 desa di 100 kabupaten se-Indonesia. Balai Besar Veteriner Wates mendapatkan kesempatan untuk berperan serta dalam Program Bekerja ini di wilayah Kabupaten Banyumas dan Purbalingga dengan wilayah sejumlah 8 Kecamatan, Jumlah Desa : 52 Desa.. Program sudah dilaksanakan sejak pertengahan Agustus, hingga selesai di akhir Bulan November 2018. Ada masing-masing 4 ( empat ) Kecamatan di Kabupaten Banyumas dan Purbalingga yang menjadi target Program Bekerja ( Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera ) tahun 2018 ini. Adapun desa-desa di kecamatan tersebut meliputi :Kecamatan JATILAWANG (11 DESA) Adisara, Bantar, Gentawangi, Gunung Wetan, Karanganyar, Karanglewas, Kedungwringin, Margasana, Pekuncen, Tinggarjaya, Tunjung. PATIKRAJA (13 DESA) Karanganyar, Karangendep, Kedungrandu, Kedungwringin, Kedungwuluh Kidul, Kedungwuluh Lor, Notog, Patikraja, Pegalongan, Sawangan Wetan, Sidabowa, Sokawera Kidul, Wlahar Kulon.PEKUNCEN (16 DESA) .Banjaranyar, Candinegara, Cibangkong, Cikawung, Cikembulan, Glempang, Karangkemiri, Karangklesem, Krajan, Kranggan, Pasiraman Kidul, Pasiraman Lor, Pekuncen, Petahunan, Semedo, Tumiyang.KALIBAGOR (12 DESA) .Kalibagor, Kalicupak Kidul, Kalicupak Lor, Kaliori, Kalisogra Wetan, Karangdadap, Pajerukan, Pekaja, Petir, Srowot, Suro, Wlahar Wetan.
PURBALINGGA, meliputi Desa : 63 Desa yang tersebar di KALIGONDANG (18 DESA) Arenan, Brecek, Cilapar, Kaligondang, Kalikajar, Kembaran Wetan, Lamongan, Pagerandong, Penaruban, Penolih, Selakambang, Selanegara, Sempor Lor, Sidanegara, Sidareja, Sinduraja, Slinga, Tejasari.KUTASARI (14 DESA) Candinata, Candiwulan, Cendana, Karangaren, Karangcegak, Karangjengkol, Karangklesem, Karanglewas, Karangreja, Kutasari, Limbangan, Meri, Munjul, Sumingkir.MREBET ( 19 DESA) Binangun, Bojong, Campakoah, Cipaku, Karang Nangka, Karangturi, Kradenan, Lambur, Mangunegara, Mrebet, Onje, Pager Andong, Pengalusan, Sangkanayu, Selaganggeng, Serayu Karanganyar, Serayu Larangan, Sindang, Tangkisan.REMBANG (12 DESA) Bantarbarang, Bodas Karangjati, Gunungwuled, Karangbawang, Losari, Makam, Panusupan, Sumampir, Tanalum, Wanogara Kulon, Wanogara Wetan, Wlahar.
Distribusi bantuan berupa pakan, obat-obatan dan ayam telah selesai dilaksanakan dari bulan Agustus hingga bulan November 2018. Berbagai Workshop, Bimbingan Teknis dan Pendampingan serta Monitoring baik perkembangan dan kesehatan ternak telah dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Wates, dengan senantiasa bekerjasama dengan Bidang dari dinas yang menangani Program tersebut, serta para petugas coordinator desa dan coordinator kecamatan. Evaluasi terhadap program juga akan dilaksanakan di awal bulan Desember 2018 sehingga diharapkan perbaikan untuk program Bekerja di tahun 2019.( BAS)


Rabu, 28 November 2018

MONITORING PROGRAM BEKERJA TAHAP 2 BULAN NOVEMBER 2018





Purbalingga-Balai Besar Veteriner Wates dalam pekan terkahir di bulan November ini memberangkatkan  4 ( empat ) Tim yang masing masing terdiri dari Dokter Hewan dan Paramedik untuk terjun ke lapangan di desa-desa di Kabupaten Purbalingga dan Banyumas, untuk melakukan Monitoring perkembangan Program Bekerja berupa bantuan ayam kepada Rumah Tangga Miskin ( RTM ). Tim-tim ini akan bertugas dari tanggal 26 hingga 29 November 2018.
Ibu Kaslam Mardiyanto , seorang peternak dari desa Slinga Kecamatan Kaligondang  Kabupaten Purbalingga mengatakan pada Drh Dewi ( Tim medicvet BBVet Wates) bahwa meskipun kandang miliknya sederhana, namun dia bersyukur bahwa ayamnya sehat dan berharap bebrapa bulan lagi dapat bertelur. Ibu ini juga berharap keberlanjutan Program Bekerja karena dirasakan manfaatnya bagi keluarganya yang memerlukan tambahan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Harapan senada disampaikan peternak dari desa Slinga lainnya diantaranya Kodir Irawan, Minarjo dan Kasman yang sudah memelihara ayam bantuan Program Bekerja sejak kurang lebih 3 bulan ini dan semuanya sehat.
Kamadi ,peternak dari desa Suro ,Kalibagor  kabupaten Banyumas menyatakan hal yang sama pada Drh Nurohmi, bahwa keluarganya menaruh harapan besar bagi keberhasilan Program dari Kementerian Pertanian ini. Adapun drh Dwi Hari menemukan bahwa memang ada kematian pada ayam di desa Karangjengkol Kecamatan Kutasari Purbalingga, namun hal tersebut tidak menyurutkan RTM penerima Program Bekerja untuk terus memelihara ternak ayam bantuan tersebut.

Monitoring terhadap perkembangan ternak dilakukan oleh Balai Besar Veteriner Wates setelah distribusi ayam dilakukan.  Sosialisasi berkaitan dengan pemeliharaan,manajemen dan penggunaan obat, pemberian vitamin juga sudah dilakukan dengan mengadakan Bimbingan teknis kepada para koordinator baik tingkat desa maupun kecamatan.
Tim Monitoring ini disamping melakukan pendataan, pemantauan penyakit, juga memberikan penyuluhan langsung, komunikasi dan interaksi kepada RTM penerima bantuan agar berbagai permasalahan dapat dicarikan jalan keluarnya secara tepat dan dapat meningkatkan taraf pemahaman peternak. (*)

OPTIMALISASI MULTIMEDIA DI ERA MEDSOS

BOGOR-Hari Selasa hingga Kamis 27-29/11/2018 BBVet Wates menugaskan 2 Personil untuk mengikuti Workshop Optimalisasi  Multimedia, drh. Basuki Rochmat Suryanto  dan Aditya Bagus Kurniawan selaku pengelola Informasi publik di Balai Besar Veteriner Wates . Kegiatan  ini diadakan oleh DItjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, diadakan di botani Square Bogor Jawa Barat. Pada kegiatan Workshop Optimalisasi Multimedia ini akan dilakukan pelatihan terkait pembuatan Press release, pembuatan Infogram serta liputan video.
Beberapa Narasumber akan memberikan arahan dan pelatihan serta bimbingan dalam acara workshop ini, diantarannya IR.Nasrullah , Ketua PPWI Wilson Lalengkang, Mung Pujanarko Praktisi Multimedia dan Dosen Jayabaya, serta Bapak Kuntoro Boga Andri Kepala Biro Humas Kementerian Pertanian.
Dalam acara ini Karo Humas Kementerian Pertanian memberikan materi berupa arahan  tentang strategi kehumasan yang mempunyai tujuan untuk memberikan penjelasan  fungsi dan tugas Humas ditiap lingkup Ditjen PKH, yang kedepan nanti diharapkan tiap UPT mempunyai Tim Khusus yang bertugas menangani kehumasan masing masing UPT Kementan.
Dalam acara tersebut terbagi menjadi beberapa sesi Tanya jawab, untuk mengetahui masalah masalah yang ada pada lingkup tiap UPT masing masing peserta. Beberapa perwakilan dari UPT menyampaikan tidak adanya fasilitas penunjang untuk kehumasan tersebut, tidak adanya SDM yang mempunyai basic/ latar belakang jurnalistik. Selain itu dari Perwakilan UPT ada yang menyampaikan adanya kendala pada anggaran . Narasumber sepakat untuk menambah anggaran untuk alokasi Kehumasan di UPT Kementan, sehingga diharapkan kedepan dengan adanya penambahan anggaran tersebut kegiatan kehumasan dapat berjalan dengan baik dalam fungsi penderasan informasi .(*)

Rabu, 03 Oktober 2018

Bimbingan Teknis Manajemen Pemeliharaan Ayam Pada kegiatan #BEKERJA, diikuti oleh berbagai elemen masyarakat dan lembaga yang terkait dalam program bekerja.
Kegiatan ini dilaksanakan dihotel Wisataniaga kota Purwokerto , pada tanggal 1 oktober 2018. Narasumber dari FKH UGMPerusahaan Obat Hewan dan Balai Besar Veteriner Wates 
Acara ini dibuka oleh Kepala Balai Besar Veteriner Wates, Drh. Bagoes Poermadjaja, MSc. tidak pula dihadiri oleh Kadinas Pertanian Kab Banyumas dan Purbalingga, dan berbagai elemen masyarakat dan lembaga yang terkait dalam program #BEKERJA
Peserta undangan yang hadir meliputi 149 orang, terdiri dari TKSK setiap kecamatan penerima program bekerja, PPL, RTM Kabupaten Purbalingga 52 Peternak, Banyumas 63 Peternak, Babinsa, Dinas Pertanian/ yang membidangi bidang Keswan
Tujuan Bimbingan Teknis ini adalah :
  1. Tercapainya kesamaan persepsi tentang kegiatan Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera baik dilapangan maupun sistem pelaksanaan kegiatannya
  2. Peserta mengerti teknis untuk pemeliharaan ayam silangan.
  3. TKSK dan PPL Peternakan mengetahui cara pelaporan perkembangan ayam